Peringati Hari Pendidikan Nasional, IAIN Palopo Gelar Dialog Kepemudaan Bertema “Pendidikan dan Kepemimpinan Pemuda: Menjawab Tantangan Global”
lpmgraffity.com-Palopo, 3 Mei 2025 — Dalam balutan semangat Hari Pendidikan Nasional, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo menyuguhkan sebuah kegiatan istimewa nan sarat makna: Dialog Kepemudaan bertema “Pendidikan dan Kepemimpinan Pemuda: Menjawab Tantangan Global”. Acara ini digelar di Country Coffee, jalan Imam Bonjol II Kelurahan Sabbamparu, Kecamatan Wara Utara, Sabtu (3/5), dalam suasana hangat yang memadukan semangat intelektual dan atmosfer kebersamaan.
Tak hanya sekadar seremonial, kegiatan ini menjadi wadah estetik penuh gagasan, yang mempertemukan mahasiswa dengan para pemikir dan praktisi pendidikan. Hadir sebagai pembicara adalah tokoh-tokoh inspiratif: Akbar Sabani, S.E.I., M.E.I. (Dosen Prodi Manajemen Bisnis Syariah), Reski Azis, S.Sos.I., M.Pd.I. (Pembina Lembaga Pers Mahasiswa Graffity), serta H. Rusdi Idrus, S.Pd.I., yang tampil sebagai pemateri utama dengan pemaparan yang menggugah.
Dalam suasana dialog yang dinamis dan penuh refleksi, para narasumber menekankan urgensi pendidikan sebagai pilar utama pembentukan kesadaran kritis. Pendidikan dipandang bukan hanya sebagai jalan meraih gelar, tetapi sebagai alat pembebasan dari belenggu penindasan baik dalam ruang pikir maupun kebijakan sosial yang menindas.
Secara khusus, H. Rusdi Idrus berkali-kali menyinggung pemikiran Paulo Freire, tokoh pendidikan progresif asal Brasil, yang membagi kesadaran manusia dalam tiga tingkatan:
1. Kesadaran magis: tingkat paling rendah, di mana individu memandang dunia secara mistis dan tidak kritis.
2. Kesadaran naif: kesadaran awal atas realitas sosial, namun belum memahami akar strukturalnya.
3. Kesadaran kritis: puncak dari kesadaran manusia, di mana seseorang mampu menganalisis dan mengubah struktur ketidakadilan secara aktif.
H. Rusdi Idrus dengan penuh semangat menekankan pentingnya penerapan tingkat kesadaran ketiga kesadaran kritis dalam kehidupan mahasiswa sehari-hari. Menurutnya, mahasiswa sebagai garda terdepan generasi muda harus mampu membaca realitas dengan tajam dan bertindak berdasarkan pemahaman yang mendalam terhadap persoalan sosial.
Ia menyampaikan bahwa generasi muda masa kini bukan sekadar pelengkap sejarah, melainkan agen perubahan sejati yang disebut akan mewujudkan visi besar Indonesia Emas 2045. Generasi inilah yang dipercaya akan membawa bangsa menuju era keemasan era yang lebih adil, berdaya, dan penuh harapan.
“Kepemimpinan masa kini butuh mata tajam dalam membaca realitas sosial. Tahun 2025 adalah panggung penting bagi pemuda untuk mengambil peran dalam mencetak generasi emas Indonesia,” tuturnya penuh keyakinan.
Ia juga menyoroti tantangan global yang kian kompleks, seperti krisis pangan yang membayangi masa depan dunia. Pemuda sebagai aktor masa depan dituntut memiliki kepekaan terhadap isu-isu strategis dan visi kepemimpinan yang berpihak pada kemaslahatan umat.
“Pada dasarnya, manusia memiliki naluri untuk berbuat baik. Sebagai mahasiswa, sebagai insan cendekia, kita harus menunjukkan bahwa kita layak disebut komunitas terbaik,” tutupnya dengan pesan penuh makna.
Kegiatan ini pun mendapat respons positif dari para peserta. Bukan hanya karena kehadiran narasumber inspiratif, tapi karena ruang diskusi yang terbuka dan membangun menjadikannya momen reflektif yang indah dalam memperingati Hari Pendidikan Nasional.
Penulis: Tim Redaksi
Editor: Mas’un
Tinggalkan Balasan