lpmgraffity.com – Jasmine Anahera memasukkan beberapa pasang pakaian kedalam tasnya, hari ini rencananya niat berniat untuk menghabiskan masa libur semesternya dirumah sang nenek, entah kenapa dia sekarang menjadi sangat merindukan neneknya, bahkan dia tidak mengabari sama sekali kedua orang tua nya bahwa dia akan kerumah neneknya.
Bukannya kerumah orang tuanya, orang tuanya tinggal dikota sedangkan neneknya tinggal di sebuah desa yang masih sangat asri, neneknya menolak untuk diajak tinggal bersama dengan keluarganya di kota besar, sedangkan Jasmine sendiri tinggal di kota berbeda dengan orang tuanya untuk melanjutkan pendidikannya.
Setelah semuanya siap, Jasmine segera menuju bandara dan akan dilanjutkan dengan menaiki bus untuk sampai di rumah neneknya.
Setelah menempuh perjalanan beberapa jam,akhirnya Jasmine sampai didesa sang nenek, dia tiba di saat Maghrib sehingga selama perjalanannya berjalan kaki selepas turun dari bus suasana desa sangat sunyi dan beberapa pelita yang menjadi penerangan jalan.
Tok tok tok…
Sesampainya di depan rumah yang bisa dibilang cukup besar dengan didominasi warna cokelat ini, Jasmine mengetuk pintu dan tak lama kemudian seorang wanita tua membuka pintunya.
“ Assalamualaikum nek, Jasmine kangen banget sama nenek.” Jasmine langsung mencium tangan neneknya dan memeluknya dan dibalas dengan usapan lembut dikepalanya.
“ nenek sakit yah? , badan nenek dingin.” Jasmine bertanya dengan Khawatir saat merasakan suhu tubuh dari sang nenek.
“ enggak papa, nenek sehat. Ayo masuk.” Neneknya mengajak Jasmine masuk kemudian menutup pintu.
Dia mengajak jasmine untuk duduk terlebih dahulu di ruang keluarga, jasmine memperhatikan ruangan di sekelilingnya Neneknya memang memilih tinggal seorang diri setelah ditinggal wafat oleh sang suami dan menolak untuk tinggal bersama dengan anak anaknya di kota.
Entah mengapa, semenjak menginjakkan kaki di rumah ini entah perasaannya saja atau hawa yang dia rasakan sangat berbeda dengan terakhir kali dia kesini.
“ Mungkin gue capek.” Jasmine mencoba menenangkan dirinya sendiri, kemudian neneknya kembali dengan membawakan segelas air.
“ ini nak minum dulu.” Jasmine mengambil gelas yang diberikan untuknya, saat meminumnya dia hampir saja memuntahkannya karena demi apapun air itu terasa seperti air sungai, namun dia harus menghargai pemberian neneknya.
Jasmine dengan terpaksa menelan air yang sudah terlanjur masuk kedalam mulutnya dan meletakkan kembali gelas tadi di meja.
“ nenek senang kamu datang, udah lama nenek gak liat kamu, kamu gimana kabarnya?.” Neneknya mulai membuka obrolan setelah jasmine meletakkan gelasnya.
“ baik nek, kuliah lagi libur. Aku tiba tiba kangen banget sama nenek makanya aku datang hehe.”
Neneknya tersenyum mendengar itu dan menepuk nepuk puncak kepala Jasmine.
“ kamu pasti capek, perjalanan kamu jauh, ayo nenek antar kekamar.” Neneknya bangkit kemudian mengantarkan Jasmine kelantai dua menuju sebuah kamar.
Jasmine mengikuti dari belakang, sewaktu kecil dia memang beberapa kali menginap dirumah neneknya ini, namun waktu itu dia masih tidur satu kamar dengan orang tuanya dan itupun dikamar yang terletak dilantai bawah bukan kamar yang sekarang yang diarahkan neneknya.
Saat memasuki kamar ini, tenaga Jasmine terasa langsung habis dan dia tiba tiba merasa sangat lelah padahal tadi dia tidak merasa selelah sekarang.
“ sekarang kamu istirahat yah, biar besok pagi bisa sarapan sama nenek.” Neneknya memberikan senyuman sebelum keluar dari kamar, Jasmine memperhatikan seisi kamar.
Kamar ini di dominasi warna cokelat dengan tempat tidur satu lemari ukuran sedang di pojok ruangan jendela yang ditutupi 2 lapis horden dan yang menarik perhatian Jasmine adalah sebuah cermin tua dengan ukiran kayu disekelilingnya.
Jasmine berdiri dihadapan cermin tersebut dan melihat pantulan dirinya sendiri dan perasaannya saja atau pantulan matanya dicermin tidak mengikuti gerak matanya.
“ astaga kayaknya gue kecapean banget.” Jasmine memutuskan membersihkan diri terlebih dahulu kemudian naik ke atas tempat tidur, saat dia berbalik menghadap kanan dia melihat cermin itu makanya dia memilih untuk tidur menghadap kiri saja.
Jasmine sudah tertidur padahal ini masih waktu Maghrib, namun jasmine tengah dalam masa menstruasi.
Sekitar pukul 04.00 pagi, Jasmine terbangun dengan nafas memburu, keringat bahkan Nampak disekitaran wajahnya baru saja mengalami mimpi yang sangat aneh, dia mencoba untuk menetralkan deru nafasnya kemudian turun dari tempat tidur lalu keluar dari kamar untuk mencari neneknya.
Tak berapa lama suara adzan yang sayup sayup terdengar sedikit menenangkan hati Jasmine.
Dia mencari disekeliling rumah namun tak juga menemukan keberadaan sang nenek, dan berpikir mungkin saja neneknya sedang keluar ke suatu tempat, hingga siang sang nenek belum juga kembali.
Ini membuat Jasmine sangat bosan, sehinggq hanya menghabiskan waktu berdiam diri di ruang keluarga, namun sesekali dia akan menengok ke lantai atas karena merasa ada yang mengawasinya.
“ nenek?.’’ Dia memanggil neneknya namun tak ada balasan, sekali lagi mungkin hanya perasaannya saja.
Bahkan hingga jam sudah menunjukkan pukul 15.00 sore belum ada tanda tanda neneknya akan pulang, melihat ke halaman depan banyak daun daun yang berguguran.
Daripada tidak melakukan apapun, Jasmine memilih untuk menyapu halaman saja, saat sedang menyapu halaman depan ada tetangga yang lewat dan menyapanya.
“ cucunya Nenek Mira yah dek?.” Tetangga tadi menyapa dengan ramah.
“ iya bu.”
“ kamu kesini sama ibu bapak mu?”
“ nggak bu, saya kesini sendiri.”
“ eh, kamu nggak takut sendirian di rumah.” Ibu tadi memasang wajah kaget mengetahui Jasmine hanya datang sendirian.
“saya kan ngak sendirian bu, ada nenek saya.” Jasmine menjawab bingung pertanyaan ibu tadi.
“ tapi kan nenek mu… “ ucapan ibu itu terpotong saat anaknya terus menarik narik tangannya untuk segera pergi.
Alhasil, ibu tadi menanggukkan kepalanya tanda pamit dan pergi bersama anaknya sebelum menyelesaikan ucapannya.
Tak diambil pusing, Jasmine segera menyelesaikan menyapu halamannya dan menyiram beberapa bunga yang keliatan sangat tidak terurus padahal sepengetahuannya, neneknya itu sangat rajin merawat tanaman tanamannya.
Waktu telah menunjukkan pukul 18.00 lewat dan Jasmine baru selesai makan, dia membeli makanan di warung karna tidak menemukan satupun bahan makanan, tepat saat dia selesai mencuci piring nya, neneknya pulang dan datang dari arah pintu belakang.
“ nenek dari mana saja, seharian kok nggak dirumah? “ jasmine menghampiri neneknya yang duduk di ruang keluarga.
Namun ada yang aneh, neneknya terlihat sangat pucat dengan hawa dingin dan enggan untuk berbicara dengannya.
“ nenek sakit? Nenek capek yah? Ayo nek jasmine antar kekamar.” Jasmine menuntun neneknya untuk ke kamar, namun saat dia akan mengantar sampai ke dalam kamar neneknya menghentikannya tepat di depan pintu dan langsung menutup pintu tanpa membiarkannya masuk.
Semakin terasa mengganjal, kali ini jasmine seperti tidak bisa lagi menghibur atau menenangkan dirinya sendiri, dia segera naik ke lantai 2 dengan perasaan yang seperti panik.
Dia lalu membuka tas nya dan mengambil HP nya yang telah dia offkan selama beberapa hari.
Disaat dia menyalahkan handphone lalu menunggu beberapa pesan masuk.
Matanya langsung tertuju dengan pesan dari ibunya dan betapa terkejutnya dia saat membaca pesan dari ibunya tersebut, dengan sangat panik bahkan tubuhnya sampai bergetar dia segera mengambil tas selempangnya yang berisikan dompet untuk segera keluar dari kamar.
PRANGGG…
Selangkah lagi hingga dia keluar dari kamar, tiba tiba saja cermin dengan ukiran kayu yang berada di kamar itu pecah dengan sendirinya, hawa dingin langsung terasa dengan tiba tiba, dia hampir saja menjerit histeris karna kaget dan ketakutan.
“Allahuma barriklanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa adzaa bannar Ya Allah ngak hapal ayat kursi huwaa, Ya Allah .”
Jasmine sekuat tenaga menahan tangis nya, jika dia menangis dia tidak akan sanggup berdiri dan itu sangat buruk.
Sekuat tenaga Jasmine segera berlari menuruni tangga saat tiba di pijakan lantai paling bawah, pintu kamar neneknya terbuka dan menampilkan neneknya yang seperti berjalan kearahnya.
Melihat itu, jasmine segera berlari menuju pintu utama, mulutnya tidak pernah berhenti membacakan seluruh doa yang dia tahu bahkan doa makan sudah 10x dia ulang, untung saja pintu tidak terkunci secara tiba tiba seperti di film film horror lainnya.
Dia berlari keluar dari rumah tanpa berbalik sedikit pun mengabaikan suara suara yang memanggil namanya.
Setelah berlari selang beberapa meter dari rumah itu, jasmine berhenti untuk menetralkan nafasnya yang memburu.
Wajahnya sudah dibanjiri dengan keringat dan tubuhnya yang bergetar karna masih ketakutan.
Tak lama kemudian ada motor yang melintas dan langsung di cegat oleh jasmine.
“ pak saya minta tolong, bener bener minta tolong pak. Bisa tolong antar saya ke stasiun.” Melihat kondisi Jasmine membuat bapak tadi ibah dan bersedia mengantar jasmine ke stasiun.
Sesampainya di stasiun jasmine segera memesan tiket untuk pulang ke rumah orang tuanya.
Di perjalanan Jasmine mengingat kembali tentang pesan yang dikirimkan oleh ibunya
“Jasmine sebelumnya ibu mau minta maaf karena baru kasih kabar ini ke kamu, ibu ingin kasih tau lebih awal tapi kamu sedang ujian ibu takut kamu jadi tidak fokus nak, nenek kamu meninggal sebulan yang lalu, mungkin jika kamu sudah libur kamu bisa pulang kita ke makam nenek sama sama.”
Pesan itu lah yang membuat Jasmine ketakutan, jadi yang bersamanya selama ini siapa, dan mungkin ini juga alasan mengapa baru pertama kali dia sangat tidak nyaman berada dirumah neneknya itu.
Sesampainya di rumah orang tuanya, jasmine langsung peluk ibunya yang tentu saja membuat orang tuanya kaget dengan kehadiran jasmine.
Dengan susah payah jasmine menceritakan semuanya dan tentu saja itu semakin menambah keterkejutan orang tua jasmine.
“Cermin, cermin ada cermin tua di kamar. Malamnya waktu tidur aku mimpi aku berdiri di depan cermin itu lama banget aku nggak bisa bergerak dan terus terusan ngeliat pantulan diri aku sendiri di cermin, lama kelamaan aku yang di cermin senyum, senyum lebar banget sampai mulutnya hampir robek.”
Dengan tangis yang tak hentinya keluar jasmine menceritakan semuanya, orang tuanya memeluknya khawatir.
Suhu tubuh jasmine menjadi panas dan dia demam, orang tuanya membawa jasmine ke kamar dan membaringkan Jasmine di tempat tidur namun jasmine tak ingin melepas tangan ibunya dan akhirnya ibu jasmine menemani jasmine hingga tertidur.
Pukul 04.00 pagi, ibu jasmine terbangun dan akan bersiap untuk sholat subuh, namun betapa paniknya dia saat dia melihat kearah jasmine yang tertidur namun kaki dan tangannya penuh dengan lebam biru yang semalam belum ada sama sekali.
Editor: (Ay)