Kampus dan Tubuh Wanita
lpmgraffity.com-Di era kontemporer saat ini, kita betul-betul merasakan bagaimana kapitalisme telah mengakar kuat dalam tubuh masyarakat kita. Kapitalisme melihat semuanya sebagai profit tanpa mempertimbangkan nilai moralitas didalamnya. Hal ini tentu dapat menyebabkan dekadensi moral di tatanan sosial kita, jika semuanya dilihat sebagai laba tanpa memperhatikan apakah ini sudah sesuai dengan nilai atau hal ini dapat mengerosikan nilai?
Kampus sebagai rahim kemanusiaan, tentu menjadi sentrum dimana nilai itu di produksi dan di distribusikan agar membawa transformasi yang lebih baik terhadap masyarakat. Namun di tengah derasnya arus kapitalisme, sialnya kampus sebagai ruang kemanusiaan harus terinfeksi dengan virus konsumerisme. Kita telah menyaksikan bagaimana kapitalisme melahirkan persaingan antar kampus yang hanya melihat calon mahasiswa sebagai komoditas bukan sebagai penerus bangsa. Saat ini, kita menyaksikan maraknya kampus di Indonesia yang berlomba-lomba membuat iklan Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) di media sosial.
Terkadang hal yang paling menyedihkan namun seringkali kita menormalisasikan adalah melihat birokrasi kampus menjadikan mahasiswinya sebagai iklan promosi. Tentu ini merupakan sebuah eksploitasi terhadap tubuh wanita, sebab keindahan serta kecantikan fisik mahasiswi selalu nya menjadi komoditas dagang untuk menarik perhatian konsumen terhadap kampus. Dunia maya telah dipenuhi oleh promosi-promosi kampus di Indonesia yang selalu nya menampilkan kelebihan kampusnya dengan menjadikan tubuh serta fisik mahasiswinya sebagai nilai jual.
Namun perlu kita kritisi bersama, apa hubungannya kampus dengan tubuh wanita? Bukankah seharusnya kampus menyediakan iklan yang lebih substansial dibanding iklan yang orientasinya menampilkan tubuh mahasiswinya?
Secara tidak langsung kita telah mentolerir dan menerapkan sistem ekonomi libido. Hal ini tentu sama saja kita telah memperkosa kampus, sebagai ruang peradaban dengan menghalalkan tubuh mahasiswi sebagai komoditas dagang. Kampus di Indonesia kini tak ada bedanya dengan perusahaan kapitalis, dengan menjadikan mahasiswinya sebagai sales. Fenomena ini merupakan suatu bentuk perbudakan terhadap kaum wanita dan juga menjadi salah satu bukti nyata melanggengkan objektifikasi perempuan sebagai objek visual belaka.
Manggala Nayahi (2015), menyatakan bahwa eksploitasi tubuh perempuan yang divisualisasikan dalam bentuk konten media seolah-olah menjadikan tubuh perempuan sebagai alat tukar dengan keuntungan pelaku industri. Tubuh perempuan yang diekspos oleh media menjadikan perempuan sebagai objek yang bisa diperjualbelikan, dengan timbal balik berupa rating, laba industri, peningkatan pengguna media massa dan seterusnya.
Sudah tak asing lagi dengan media ataupun iklan Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) kampus yang mempromosikan kualitasnya bersama dengan tubuh mahasiswinya. Namun sampai kapan kita menormalisasi tubuh mahasiswi dijual sebagai produk kampus dan dinilai berdasarkan penampilan fisik agar sesuai standarisasi yang diinginkan konsumen di dunia maya.
Kapitalisme yang digandeng oleh patriarki, mengonstruksi tubuh wanita sebagai komoditas, menjadikannya sebagai objek eksploitasi melalui standar kecantikan tidak realistis. Tubuh wanita diintervensi untuk akumulasi modal, mengubahnya dari alat reproduksi menjadi alat produksi dan konsumsi, sehingga hal ini hanya menciptakan siklus ketidakamanan dan kebutuhan semu.
Penulis: Muh Futhifar Putra Pratama
Editor: Mas’un

Tinggalkan Balasan