lpmgraffity. com – Palopo. Birokrasi kampus dan Lembaga Mahasiswa adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Relasi keduanya sangat kuat karena menyangkut keberlangsungan kemajuan akademik mahasiswa dan eksistensi kampus. Situasi yang diharapkan adalah harmonisasi antara lembaga mahasiswa dan birokrasi kampus yang harusnya berjalan berdampingan.
Tetapi dalam relasi tersebut, seringkali ditemukan dinamika yang terjadi di kampus antara birokrasi dan lembaga kampus. Seperti administrasi lembaga dipersulit, penghambatan pencairan dana kegiatan mahasiswa, gerakan mahasiswa yang tak jarang dihambat, terlebih lagi jika timbul konflik pribadi.
Seperti polemik yang tidak kunjung selesai terjadi di kampus IAIN Palopo, terkhusus di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. bahwa beberapa waktu lalu, Ketua DEMA FTIK telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Mahasiswa (KPM) IAIN Palopo. Namun sampai hari ini, SK kepengurusan DEMA FTIK belum juga dikeluarkan oleh birokrasi lingkup FTIK dengan alasan yang tidak jelas.
Mahasiswa IAIN Palopo menyayangkan tindakan pihak birokrasi lingkup FTIK yang terlalu dalam mencampuri urusan kelembagaan. Sehingga citra kelembagaan tercederai akibat pembungkaman demokrasi merusak independensi mahasiswa yang dilakukan oleh birokrasi FTIK.
Mahasiswa IAIN Palopo geram melihat tindakan pihak birokrasi lingkup FTIK yang amatir dalam menjalankan tupoksinya, dimana pihak birokrasi tidak konsisten dalam mengambil keputusan. terlebih birokrasi telah melontarkan perkataan yang tidak sewajarnya dilontarkan dari pemangku jabatan.
Ketua DEMA FTIK mengecam perkataan dekan FTIK yang menuding DEMA FTIK telah ditunggangi. Mencederai independensi lembaga mahasiswa hingga keluar perkataan dari dekan FTIK “Tanya Bosmu”.
Ketua DEMA FTIK terpilih, Dwi Bahyudi meminta pertanggungjawaban Dekan FTIK agar meminta maaf kepada DEMA FTIK dan mundur jadi Dekan atas perkataan tersebut sebab “tidak profesional!” tandasnya.