lpmgraffity.com – Buku berjudul “moderasi islam di Indonesia” ini merupakan salah satu karya dari Maimun dan Mohammad Kosim. Maimun adalah seorang dosen sekaligus sebagai peneliti di bidang pendidikan islam dan ilmu – ilmu keislaman, sedangkan Mohammad Kosim adalah seorang rektor di IAIN Madura. Sebelumnya menjadi Direktur Pascasarjana STAIN Pamekasan ( 2014 – 2016) dan Ketua STAIN Pamekasan (2016 – 2018).
Buku ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan selama 5 kurang lebih bulan dengan mengambil empat lokasi perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negri (PTKIN) di Indonesia ayitu: UIN Yogyakarta, UIN Mataram, UIN Makassar, dan IAIN Madura. Keempat PTKIN di empat kota besar ini dipandang sebagai representasi perguruan tinggi Islam yang secara konseptual bamyak melahirkan tulisan tentang konsep Islam Moderent, meskji sebenarnya wilayah – wilayah yang dekat dengan basis ormas – ormas Islam berpaham radikal dan keras.
Buku ini terdiri dari beberapa bab di antaranya : bab I Pengantar, bab II Konsep dan Hakikat Moderasi Islam, bab III Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) dan Moderasi Islam, bab IV Potret Islam Moderat pada PTKIN di Indonesia, bab V Kontribusi PTKI dalam Pengembangan Islam Moderat (Perspektif Narasi dan Aksi), dan bab VI Penutup.
Terutama akan dibahas mengenai bagaimana konsep Islam moderat yang diaktualisasikan di perguruan tinggi keagamaan Islam di Indonesia kemudian bagaimana menganalisis dan mengembangkan strategi aktualisasi konsep Islam Moderat di perguruan tinggi keagamaaan Islam di Indonesia serta apa saja kekuatan dan tantangan dalam upaya mengaktualisasikan konsep Islam Moderat di perguruann tinggi keagamaan di Indonesia.
Menurut penulis, bahwa Islam Moderat Itu merupakan sebuah pembahasan atas ajaran Islam yang mengarah kepada sikap dan penangan yang selalu berusaha mengambil posisi tengah dari dua sikap yang berseberangan dan berlebihan sehingga tidak memposisikan salah satu sikap yang berseberangan tersebut mendominasi dalam pikiran dan sikap seseorang.
Oleh karena itu nilai – nilai Islam Moderat sangat penting untuk di kembangkan karena melihat situasi dan kondisi masyarakat yang semakin memprihatinkan dengan merebaknya paham radikal di satu sisi dan paham liberal di sisi yang lain.
Dalam upaya menerapkan konsep Islam Moderat memiliki bebrapa kendala diantanranya:
a. Kebodohan yang berarti tidak memiliki ilmu tentang sesuatu hal, khusunya tentang ilmu agama. Dalam Al-Qur’an banyak celaan yang ditujukan kepada kebodohan, bahkan kebodohan diidentik dengan sifat kafir.
b. Fanatisme Golongan (Ta’asub) adalah sifat atau prilaku yang memandang dirinya, kelompoknya saja yang paling benar sedangkan individu atau kelompok lain diposisikan sebagai bukan termasuk golongannya.
c. Sikap berlebih – lebihan yang dimaksud adalah dalam masalah keagamaan. Sifat berlebihan dalam keagamaan dia antaranya disebabkan karena minimnya pengetahuan tentang agama itu sendiri dan juga karena pola fikir yang kaku, sehingga tidak ada kata lain selain selalu menemukan istilah – istilah negative dalam keberagamaan serta sebab berlebihan lainnya adalah karena jauh dari orang – orang alim yang mendalami ilmu Al – Qur’an dan ilmu tentang sunnah Nabi yang mampu memberikan pemahaman tentang kebijaksanaan dan hokum – hokum agama.
Adapun solusi yang dapat dilakukan yaitu dengan berpegangan teguh kepada kitab Al Qur’an dan sunnah Nabi, berpegangan kepada pemahaman ulama’ salaf, dan ilmu syariat karena ilmu merupakan obat bagi penyakit bodoh, fanatisme serta sikap berlebih – lebihan.
Dalam buku ini penulis akan membahas beberapa bagian diantaranya:
Konsep modersai islam pada perguruan tinggi keagamaan di indonesia
Moderasi islam secara konsepsi dan narassi tentu mengandung berbagai pemikiran, karena menyagkut keleluasaaan dan kedalaman serta ketajaman atas makna dan implementasinya.
Hasil temuan dilapangan bahwa semua PTKI yang menjadi subyek segaligus penelitian ini satu kata sepakat dalam komitmennya mengembangkan moderasi islam di kampus masing – masing. Komitmen perguruan tinggi keagamaaan Islam terpanatau dalam tataran narasi maupun aksi.
Konsep dasar moderasi Islam dipahami sebagai satu metode berfikir (manhajul fikir) dan metode aksi (manhaj amal) sekaligus yang memposisikan diri di tengah antara kondisi minus dan kondisi berlebihan.
Masing – masing PTKI menyebutnya dengan istilah yang berbeda. Ada yang mengistilakan dengan ajaran islam yang standart, sebagai bentuk narasi pemahaman, pola fikir, dan tindakan yang standart (biasa-biasa) saja tidak dikurangi dan tidak dilebih – lebihkan
Strategi Pengembangan Islam Moderat Di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Di Indonesia
Strategi pengembangann Islam moderat di beberapa perguruan tinggi memang secara tehnis berbeda, dari hasil penelitian konsep pengembangan dapat dibedakan menjadi dua bentuk, pertama, bentuk sistematik dan formal akademik, kedua, bentuk non sistematik dan informal akademik.
Bentuk sistematik dan formal akademik dilakukan di perguruan tinngi keagamaanIslam dengan memasukkan kedalam rencana dan kegiatan – kagiatan tridharma.
Dengan strategi knowing the good yang efektif diharapkan tumbuh perasaan cinta terhadap konsep moderasi Islam (loving the good), perasaan cintah yang tumbuh atas kesadaran rasional, tanpa paksaan dan dan tanpa demokratis, diselimutu dengan pengetahuan yang memadai tentang konsep Islam moderat, pada akhirnya akan melahirkan acting the good, tindakan seperti tawasuth, tasamuh,tawazun, dan semacamnya.
Bentuk non sistematik dan informal akademik, pengembangan Islam moderat di PTKI diyakini tidak hanya penting bagi kalangan warga perguruan tinggi, namun justru lebih penting lagi bagi masyarakat secara las karena banyak korban yang terpapar paham non moderat justru dari kalangan masyarakat umum yang baru mengenal ajaran islam.
Dengan film – film berkonten moderasi Islam diharapkan akan lebih efektif dalam mempengaruhi pola fikir dan pola sikap kaum milenial yang sangat adaptif terhadap kemajuan teknologi dan informasi.
Dari kutub yang berbeda, strategi pengembangan Islam moderat adalah mengikis sikap dan tindakan liberal serla sikap meremehkan atas ajaran agama.
Modal Dasar Dan Tantangan PTKI Dalam Pengembangan Moderasi Islam Di Indonesia
Modal dasar PTKI dikelompokkan menjadi enam point, pertama, sumber daya manusia (SDM) yang memadai dan berkualitas, kedua, dukungan politik yang sangat kuat, ketiga, Institusi yang banyak namun satu kata dalam melawan liberalism, keempat, row input mahasiswa, calon dosen, dan tenaga kependidikan, dan bahkan kalangan pesantren yang berhaluan ahlus sunnah wal jama’ah, kelima,khazanah keilmuan yang melimpah baik hasil pemikiran konseptual maupun hasil penelitian , keenam, lingkungan yang mendukung tumbuh kembangnya Islam moderat.
Selain modal dasar juga memiliki tantangan dimana tantangan utama yang dihadapi dalam pengembangan Islam moderat oleh PTKI di Indonesia adalah di internal PTKI ada bahkan banyak benih – benih atau bahkan kelompok – kelompok mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan yang telah terpapar atau sengaja membawa paham di luar moderat.
Hambatan dan tantangan lain yang dihadapai adalah masi ada oknum dosen, mahasiswa dan tenaga kependidikan yang tidak rela jika perilaku aksklusif dikalangan mahasiswa ditebitkan, misalnya dengan peraturan dank ode etik mahasiswa, dan kewajiban – kewajiban lainnya.
Imam besar Masjidil Haram Abdurahman bin Assudais memaparkan bahwa tantangan pengembangan Islam moderat di muka bumi antara lain karena adanya hal, yaitu:
a. Sifat bodoh yang melekat pada sebagian umat islam.
b. Sifat fanatic yang berlebihan yang memandang dirinya dan kelompokya yang paling benar.
c. Sifat berlebihan dalam memahami ajaran agama .
d. Berkembangnya corak penafsiran agama secara radikal-fundamental yang tidak ditandai dengan munculnya sikap intoleran bagi pengikut, sikap tidak mau menghargai pendapat dan keyakinan orang lain yang dalam ajaran Islam sebenarnya dituntut disamping memegang teguh keyakinannya, juga harus toleran kepada umat beragama lainnya. (Ay)