Refleksi Bencana Alam : Kode Keras Yang Maha Kuasa untuk Hamba melakukan Pertaubatan Ekologis

0

lpmgraffity.com-Dalam beberapa kurun waktu terakhir kita diselimuti duka atas apa yang terjadi terhadap saudara-saudara kita pada beberapa titik wilayah di Sulawesi Selatan. Untuk itu saya mengharap kepada pembaca untuk sejenak mengirim doa agar proses penanggulangan yang terjadi dapat dilancarkan sehingga saudara-saudara kita yang menjadi korban dapat terbantu secara maksimal.

Apresiasi setinggi-tingginya tak lupa penulis sampaikan kepada para relawan yang telah berjibaku dalam bentuk usaha, moril, maupun materil. Kufur kita bila dalam bencana ini tidak ada hikmah atau pelajaran yang lantas kita ambil. Bencana ini seolah menjadi “Kode Keras” Yang Maha Kuasa terhadap melencengnya aspek kehidupan terkhusus tentang bagaimana pertautan antar ciptaan-Nya yaitu alam dan manusia.

Bencana menjadi imbas tak terelakkan akibat siklus yang tak lagi seimbang. Tujuan awal terjadinya simbiosis mutualisme justru menjadi cikal bakal pengkhianatan kepada alam.
Oknum manusia yang berhimpun dan diberi label “penguasa”, atas dasar hawa nafsunya menggunakan frasa “memanfaatkan alam untuk kepentingan masyarakat” namun dalam praktiknya tak ubah seperti setan-setan tasmania yang rakus, melakukan eksploitasi besar-besaran demi memperkaya diri. Bencana ini menjadi legitimasi standar moral dan etika yang sangat minim bahkan boleh dikata nihil dimiliki oleh para oknum manusia yang diberi label “penguasa” tadi. Bagaimana tidak, jauh sebelum bencana ini terjadi sudah banyak peringatan dengan menggunakan berbagai dalil mulai dari nilai-nilai local wisdom yang turun temurun menjadi warisan, hingga aksi penolakan yang dilakukan oleh masyarakat. Namun apa daya, para setan ini enggan bergeming. Paling parah kemudian sikap pengecut lalu muncul ketika bencana ini terjadi, jangankan minta maaf mengakui dengan nyali bahwa mereka keliru pun tidak.

Penulis menghimbau kepada siapapun yang di lubuk hati paling dalam tersemat pengakuan bahwa Ia menjadi salah satu yang mesti bertanggung jawab atas peristiwa ini untuk melakukan yang seharusnya dilakukan. Mengutip diksi yang viral bebrapa bulan yang lalu namun bukan lantas diksi yang muncul baru-baru ini yaitu “Pertaubatan Ekologis”. Akui, mohon ampun, kemudian lakukan perbaikan dengan segala risiko yang melekat. Berani berbuat berani bertanggung jawab, terima konsekuensi yang ada sebagai bagian dari pilihan yang diambil. Setidaknya penulis dan beberapa social movement yang ada menjadi saksi untuk meringankan dosa-dosa kalian di pengadilan yang akan datang.

Penulis: Muh Razak

Editor: Siti Rahmania