Pengangguran dan Harapan Masa Depan Luwu
lpmgraffity.com-Di tengah gemerlap bangunan megah, deretan kendaraan mewah yang hilir mudik di pusat kota, serta cahaya lampu sorot yang menembus gelap malam, terdapat kenyataan yang kontras: pengangguran masih menjadi bayang-bayang nyata bagi banyak warga Luwu. Ia bukan sekadar angka dalam laporan statistik, melainkan pengalaman pahit yang dialami oleh ribuan individu yang tengah mencari tempat dalam arus ekonomi yang semakin tidak menentu.
Setiap pagi, sebagian masyarakat terbangun tanpa tujuan, dan setiap senja mereka lalui tanpa kepastian. Mereka tidak tahu ke mana harus melangkah, karena tidak ada pekerjaan yang menanti. Sementara itu, waktu terus berjalan dan usia terus bertambah, namun harapan seolah tidak kunjung mendekat.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Luwu, tingkat pengangguran terbuka pada tahun 2024 mengalami peningkatan sebesar 970 orang, atau naik sekitar 0,44 persen dari tahun sebelumnya. Saat ini, tercatat 8.212 orang atau 4,14 persen dari total penduduk angkatan kerja di Luwu berada dalam kondisi menganggur. Data ini menunjukkan bahwa Luwu masih menghadapi tantangan serius di sektor ekonomi, khususnya dalam persoalan ketenagakerjaan.
Dari sisi ekonomi, pengangguran merupakan masalah yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Di antaranya adalah pertumbuhan penduduk usia produktif yang tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan kerja, ketidaksesuaian antara kompetensi tenaga kerja dengan kebutuhan pasar, serta dampak globalisasi dan teknologi yang menggeser kebutuhan tenaga kerja dari sektor konvensional ke sektor digital. Intinya, pengangguran terjadi ketika jumlah tenaga kerja yang tersedia melebihi permintaan pasar.
Masalah ini tidak bisa diselesaikan oleh satu pihak saja. Pemerintah, swasta, dan masyarakat harus bersama-sama mencari solusi. Oleh karena itu, keterlibatan aktif seluruh pihak sangat penting. Pemerintah Kabupaten Luwu dapat mengambil sejumlah langkah strategis untuk mengurangi pengangguran, antara lain:
Kebijakan Publik yang Direkomendasikan:
1. Tunjangan Pengangguran
Memberikan bantuan langsung bagi warga yang belum memiliki pekerjaan, sebagai bentuk perlindungan sosial jangka pendek.
2. Reformasi Kurikulum Pendidikan
Menerapkan sistem pendidikan yang selaras dengan kebutuhan pasar kerja dan berorientasi pada penguatan keterampilan praktis.
3. Penguatan Balai Latihan Kerja (BLK)
Memperluas akses pelatihan kerja berbasis industri dan teknologi terkini, melalui kemitraan dengan sektor swasta.
4. Pemberdayaan UMKM
Memberikan insentif, pelatihan manajemen dan kewirausahaan, serta kemudahan akses permodalan untuk pelaku usaha kecil dan menengah.
5. Pemanfaatan Teknologi dan Ekonomi Digital
Mendorong generasi muda untuk menciptakan lapangan kerja baru melalui platform digital dan teknologi berbasis inovasi.
Meskipun tidak mudah untuk merumuskan kebijakan yang benar-benar efektif, bukan berarti tidak ada jalan keluar. Setiap kebijakan, sekecil apa pun dampaknya, tetap harus diupayakan demi menciptakan perubahan. Sebab, pengangguran bukan sekadar soal ekonomi, ia adalah ujian mental, sosial, dan moral. Jika tidak segera diatasi, pengangguran bisa menjadi bumerang yang mengancam kesejahteraan masyarakat sekaligus melemahkan fondasi ekonomi daerah di masa mendatang.
Tulisan ini bukan sekadar barisan kata, melainkan seruan untuk menyadari dan bertindak. Dan bukan hanya cermin kenyataan, tetapi juga secercah harapan menunggu kapan waktunya akan dijemput oleh keberanian untuk berubah.
Penulis: Afghani Narpan
Editor: Mas’un (Pimpred)
Tinggalkan Balasan