OPINI : KELEMBAGAAN MAHASISWA DAN PERANANNYA

0
Source Pinterest : Ilustrasi Kelembagaan Mahasiswa

lpmgraffity.com-Kelembagaan mahasiswa adalah wadah untuk mempererat tali silaturahmi, bertukar ide dan gagasan, juga sebagai wadah penampung aspirasi bagi para mahasiswanya. Lembaga kemahasiswaan memiliki struktur yang hampir sama dengan struktur lembaga yang berada pada sebuah negara, karena kampus ibaratnya ialah miniatur negara.

Secara umum kelembagaan Mahasiswa menggunakan konsep trias politica, ada lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Diantara kelembagaan tersebut yakni, Dewan Mahasiswa (DEMA) Universitas/Institut, Dewan Mahasiswa Fakultas, dan ada Lembaga yang berdiri di tingkat program studi atau jurusan yang dinamakan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) atau Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS), sementara di bidang legislatif Senat Mahasiswa (SEMA) dan di yudikatif ada Mahkamah Mahasiswa.

Sebagai sebuah Institusi pendidikan IAIN Palopo juga mengikuti beberapa struktur yang di gambarkan di atas, IAIN Palopo memiliki lembaga yang di namakan DEMA sebagai lembaga eksekutif dan SEMA sebagai lembaga legislatif plus yudikatif.

Aktivitas kelembagaan mahasiswa ini mempunyai visi misi yang lebih mengedepankan aktivitas yang produktif dan juga melahirkan gerakan-gerakan yang kuat untuk spirit perjuangannya. Sudah beberapa dekade belakangan telah di buktikan oleh kelembagaan mahasiswa dalam implementasi visi misi yang bernuansa produktif dan kolektif gerakan demonstrasi didalam internal kampus maupun di luar kampus.

Gerakan kelembagaan mahasiswa akhir-akhir ini telah bergeser ke hal-hal yang tidak produktif atau lebih mengedepankan euforia yang bisa mencoreng citra diri kelembagaannya, dan tidak bercermin kepada spirit sejarah perjuangannya. Apalagi kalau yang melakukan aktivitas yang mengedepankan euforia belaka itu adalah lembaga eksekutif maka sama halnya mencederai fungsi kelembagaan.

Kegiatan seperti itu pula yang akan turun temurun dilakukan karena telah di pertontonkan oleh terdahulunya yang mengisi kelembagaan tersebut. Sehingga aktivitas dan peran kelembagaan itu perlu untuk selalu kita refleksi karena secara realitas sudah ada beberapa kelembagaan eksekutif melakukan kegiatan yang bukan perannya mulai dari kegiatan olahraga dan nyanyi-nyanyian yang memang bukan peran lembaga eksekutif.

Di IAIN Palopo, hal-hal yang bukan fungsinya sudah kerap kali di lakukan oleh kelembagaan eksekutif mahasiswa mulai dari kegiatan nyanyi-nyannyian dan olahraga yang seperti tergambarkan di atas tadi, dan itu juga di dukung oleh beberapa pihak Dosen, yang secara analisis dukungan beberapa Dosen yang mendukung agenda tersebut hanya untuk menina bobokan gerakan-gerakan yang memperjuangkan Mahasiswa lainnya, semisal Mahasiswa yang sulit akan pembayaran UKT/BKT dan tindakan oleh beberapa pihak birokrasi atau Dosen yang merugikan Mahasiswa, permasalahan seperti ini hampir tidak lagi di suarakan.

Apabila aktivitas itu masih saja di terapkan, maka nalar kritis mahasiswa tidak pernah tumbuh dalam kampus dan Mahasiswa baru yang seharusnya di didik untuk menjadi kritis dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang berpotensi untuk melahirkan nalar kritis tersebut malah melahirkan potensi yang menenggelamkan nalar kritis mereka.

Ada juga aktivitas lain yang menutup dan menenggelamkan nalar kritis Mahasiswa yakni kebanggaan ketika bisa membangun hubungan emosional dengan pihak birokrasi kampus yang sudah masuk sedikit kedalam kategori berafiliasi dengan birokrasi. Kita hanya tidak ingin melihat ketika kelembagaan ini masih saja di racuni dengan aktivitas yang tidak sepantasnya dilakukan oleh kelembagaan mahasiswa yang membuatnya menjadi boneka birokrasi.

Maka tulisan ini penuh dengan harapan besar kepada kelembagaan mahasiswa untuk kembali pada koridor perjuangan dan aktivitasnya, seperti selalu mengidentifikasi setiap mahasiswa yang sulit akan pembayaran UKT/BKT dan mengadvokasi setiap kebijakan kampus yang banyak merugikan Mahasiswa.

Dengan harapan besar ini untuk kelembagaan Mahasiswa agar lebih solid dalam perjuangan mulai dari gerakan demonstrasi dan menghidupkan diskusi-diskusi pengetahuan di pelataran kampus dan tempat-tempat lain.

Tulisan ini penuh kecemasan terhadap kelembagaan mahasiswa agar tidak lagi melakukan kegiatan yang bisa saja mengundang stigma terkait kelembagaan itu hanya melakukan kegiatan yang sifatnya seremonial belaka.

Jika aktivitas kelembagaan mahasiswa kembali kepada aktivitas yang sesungguhnya sesuai dengan spirit sejarahnya, maka kita bisa memastikan kampus akan berhasil mencetak Mahasiswa yang kritis, terkhusus Mahasiswa IAIN Palopo.

Anggap tulisan ini sebagai narasi yang membangun bukan untuk menjelekkan kelembagaan apalagi menghina kegiatan yang di lakukannya. Karena dalam pembuatan tulisan ini semata-mata ingin mengingatkan kembali seperti apa peran dan fungsi lembaga kemahasiswaan itu.

Memang tak dapat kita pungkiri bahwa di setiap Mahasiswa yang di naungi kelembagaan itu ada yang memiliki bakat dalam dunia olahraga dan seni, tetapi bakat itu alangkah baiknya dikembangkan di kelembagaan yang memang berbasis olahraga dan kesenian saja. (Marga)

Editor: Aprilia