OPINI: Harapan yang Sehat adalah Berharap pada Diri Sendiri

0

lpmgraffity.com— Harapan, sebuah kata sederhana yang menyimpan kekuatan luar biasa, sering kali dianalogikan dengan bintang penuntun, sebuah cahaya yang menerangi jalan kita menuju masa depan yang lebih baik. Harapan membuat kita berani bermimpi, melangkah maju menghadapi tantangan, dan bangkit kembali setelah terjatuh. Namun, dari sudut pandang psikologi, penting bagi kita untuk bijak dalam meletakkan harapan. Harapan yang tidak tepat, alih-alih menjadi motivasi, bisa menjadi sumber kekecewaan dan penderitaan.

Saya ingin mengajak pembaca untuk merenungkan pentingnya memiliki harapan, namun dengan kesadaran yang lebih dalam tentang kepada siapa kita berharap. Berharap memang penting, tetapi lebih penting lagi adalah kepada siapa kita berharap.

Filsuf Immanuel Kant dalam kajiannya mengaitkan harapan dengan konsep akal budi manusia. Harapan memungkinkan kita untuk melampaui realitas saat ini dan membayangkan masa depan yang lebih baik. Dengan harapan, kita dapat merumuskan tujuan, menyusun rencana, dan gigih berusaha untuk mewujudkannya.

Harapan juga berperan penting dalam menjaga kesehatan mental. Penelitian psikologi menunjukkan bahwa individu yang memiliki harapan cenderung lebih optimis, memiliki resiliensi yang lebih tinggi, dan lebih mudah bangkit dari kegagalan. Harapan menjadi sumber motivasi internal yang mendorong kita untuk terus melangkah maju, meskipun menghadapi berbagai rintangan. Hal ini terbukti secara teoritis dan empiris, karena apa yang kita capai serta bagaimana kita menikmati proses tersebut tak lepas dari apa yang kita harapkan.

Namun, harapan tidak selalu bercerita tentang kebaikan. Terkadang, harapan yang salah arah bisa merugikan. Ketika kita menggantungkan harapan pada hal-hal di luar kendali, seperti belas kasihan orang lain, keberuntungan, atau keajaiban, kita membuka pintu lebar-lebar untuk kekecewaan. Sebagai contoh, seseorang yang berharap memenangkan lotere untuk keluar dari masalah keuangan. Meskipun ini adalah sebuah harapan, namun berharap pada lotere bisa menjerumuskan ke dalam kemiskinan karena tidak ada jaminan kemenangan. Harapan ini bisa membuat seseorang mengabaikan solusi realistis lainnya, seperti mencari pekerjaan tambahan atau mengatur keuangan dengan lebih baik.

Psikolog Abraham Maslow, dalam hierarki kebutuhannya, menempatkan aktualisasi diri sebagai kebutuhan tertinggi manusia. Aktualisasi diri adalah keinginan untuk mencapai potensi penuh kita. Harapan yang paling sehat dan memberdayakan adalah harapan yang kita tempatkan pada diri sendiri.

Dengan percaya pada kemampuan dan kapasitas diri, kita menjadi individu yang proaktif dalam menentukan masa depan. Kita tidak lagi pasrah pada nasib atau menunggu belas kasihan orang lain. Kita berani mengambil tindakan, belajar dari kesalahan, dan terus berkembang.

Kesimpulannya, harapan adalah anugerah yang harus kita syukuri. Namun, penting untuk diingat bahwa harapan yang sejati bukanlah menunggu sesuatu terjadi begitu saja, melainkan keyakinan teguh pada kapasitas diri untuk mewujudkan mimpi dan cita-cita.

Marilah kita berharap, namun marilah kita berharap pada kekuatan, kegigihan, dan kemampuan diri sendiri untuk meraih masa depan yang kita dambakan.

_____________________

Tim Redaksi 

Penulis: Dandi Ishak

Editor: Regita Amri