lpmgraffity.com–Akhir-akhir ini, keluhan tentang kekurangan fasilitas di kalangan mahasiswa dan dosen kembali mencuat di Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (NI), Kamis (4/4/2024).
Salah satu masalah utama yang disoroti adalah kekurangan Liquid Crystal Display (LCD) yang menjadi media dalam menunjang proses perkuliahan.
Mahasiswa dan dosen sama-sama mengeluhkan bahwa hal ini mengganggu efisiensi dalam proses pembelajaran.
Dalam sebuah wawancara dengan seorang mahasiswa yang dilakukan oleh salah satu crew dari LPM Graffity, (NI) menegaskan bahwa kurangnya LCD seringkali membuat mereka kesulitan memahami materi yang disampaikan oleh dosen, terutama untuk materi yang memerlukan bantuan visual. Akibatnya, pembelajaran berlangsung tidak efisien.
“Itu biasa tidak paham ki dengan apa yang na sampaikan dosen, karena memang ada materi biasa yang betul-betul butuh LCD,” ujar salah seorang mahasiswa Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Program Studi BKI (Kaprodi) mengatakan telah di lakukan pengajuan berkali-kali ke pimpinan Dekan dan Wakil Dekan terkait masalah ini, bahkan pengajuan dimulai sejak Dekan sebelumnya.
“Ini hampir setiap bulan kita ajukan tentang LCD. Kita ini mulai dari dekan sebelumnya, mulai dari Pak Masmuddin sudah disampaikan banyak teman-teman yang harus menggunakan LCD,” jelasnya.
Namun, hingga saat ini, belum ada kejelasan terkait solusi yang akan diambil.
Menurut Kaprodi BKI, terdapat dua solusi yang diusulkan, yaitu pengadaan LCD atau TV touchscreen.
“Jawaban kemarin itu yang terakhir ada dua kemungkinan, pengadaan LCD atau ada seperti kaya TV pengadaan begitu. Namun, sampai sekarang itu tidak jelas, karena nanti yang menentukan itu Kabag Umum dan Pengadaan yang ada di Rektorat,” sambungnya.
Selanjutnya, Crew LPM Graffity diarahkan untuk bertemu dengan Wakil Dekan II. Dalam wawancara tersebut, Wahyuni selaku Wakil Dekan II menjelaskan bahwa meskipun telah dilakukan pengajuan berkali-kali, pengadaan baru akan bisa terealisasi pada Triwulan ke-2. Hal ini disebabkan oleh proses alokasi anggaran yang memerlukan waktu serta kemungkinan bahwa permohonan tersebut tercecer atau terkendala dalam proses perencanaan.
“Triwulan ke 2 baru bisa, tidak langsung instan di minta langsung ada. Mungkin perencanaannya tidak sesuai, biasa juga kita masukkan di sana kadang tidak sampai, biasanya mandeg entah di bagian mana atau tercecer,” jelasnya.
Wahyuni juga menyebutkan bahwa kurangnya LCD di kampus juga disebabkan oleh kejahilan oknum mahasiswa yang tidak bertanggung jawab saat meminjam fasilitas tersebut. Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa pengadaan LCD dianggap sebagai pemborosan karena biaya perawatan yang tinggi dan ketahanan yang rendah. Oleh karena itu, rencananya adalah mengganti LCD dengan layar Touchscreen yang diharapkan lebih tahan lama dan efisien.
“Sudah dilakukan pengajuan sebanyak 11 kali, tapi sepertinya mau di konfirmasi ulang. Karena pengadaan LCD dianggap pemborosan, mahal biayanya. Biasa cepat rusak. Apalagi pengadaan LCD tahun lalu cepat rusak. Nah, itu mau diganti ke layar Touchscreen,” ungkapnya.
(NI), selaku mahasiswa berharap pihak kampus dapat segera mengatasi kekurangan tersebut.
“Kami sebagai mahasiswa hanya bisa berharap agar kekurangan tersebut segera dilengkapi, apalagi fasilitas tersebut digunakan setiap harinya,” ujarnya.
Tim Redaksi
Reporter: Crew LPM Graffity