Ekstrimisme: Mahasiswa dan Kampanye Moderasi Beragama

0
DOK: Ilham Andi Lukman, Mahasiswa Fakultas Syariah

lpmgraffity.com – Indonesia merupakan negara multikultural, beragam suku, etnis, ras, agama, budaya, bahasa dan sebagainya. Keberagaman inilah yang disimbolkan dengan Bhinneka Tunggal Ika, mengandung makna yang dalam, terdapat perbedaan namun tidak mengurangi rasa persatuan, justru yang berbeda-beda tetapi tetap satu.

Salah satu contoh keberagaman di Indonesia adalah agama. Ada enam agama yang sah dimata negara, yaitu islam, kristen, hindu buddha, katholik dan konghucu. Enam agama dapat hidup berdampingan, dengan damai dan aman.

Cara pandang dalam beragama secara moderat sangat diperlukan, dengan memahami serta mengamalkan ajaran agama, moderat bukan berarti cenderung mengarah pada kebebasan.

Ini sangat keliru jika diartikan atau menganggap seseorang bersikap moderat dalam beragama berarti tidak memiliki militansi, tidak serius, atau tidak sungguh-sungguh dalam mengamalkan ajaran agamanya. Moderat lebih mengarah pada kerukunan dalam beragama maupun antar umat beragama serta menolak permusuhan, kebencian atau pertikain.

Sikap moderasi beragama pada kaum milenial terkhusus mahasiswa sangat perlu diperhatikan karena ini salah satu bagian dari tugas mahasiswa untuk selalu berpikir positif terhadap segala sesuatu. Tidak memandang radikal terhadap suatu hal, memandang perbedaan bukanlah suatu hal yang buruk, melainkan spirit untuk maju bersama merawat NKRI.

Mahasiswa seharusnya berperan penting sebagai agen of change dan agen moderasi beragama sehingga di era digitalisasi kita terhindar dari paham-paham yang ekstrimis.

Mahasiswa harus dapat mensosialisasikan muatan moderasi beragama di kalangan masyarakat agar tercipta kehidupan yang harmonis, damai dan rukun. Moderasi beragama merupakan konsepsi yang dapat membangun sikap toleran dan rukun guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.

Mahasiswa yang selalu bersentuhan dengan teknologi informasi, hendaknya lebih pandai dalam menggunakan teknologi, menyaring segala jenis informasi, terutama narasi provokasi yang sengaja merusak perilaku generasi milenial serta pola pikir pengguna media sosial.

Maka dari itu, mahasiswa diharap dapat mengembangkan wawasan multikultural dan multireligius di kalangan masyarakat, mengintensifkan dialog antar umat beragama, berbasis komunitas serta melibatkan seluruh masyarakat pada kegiatan sosial-ekonomi lintas budaya, agama khususnya generasi milenial.

Perlu kita ketahui bahwa Ekstremisme adalah paham keyakinan yang mengakar kuat terhadap suatu pandangan yang melampaui batas kewajaran dan bertentangan dengan hukum yang berlaku, sehingga beberapa ormas di negara ini sangat kontra terhadap gerakan ekstrimisme agama.

Gerakan ini dianggap melenceng daripada ajaran yang diajarkan oleh Rasulullah Saw maka kita sebagai mahasiswa yang paham akan hal itu harus melakukan gerakan revolusi  mengkanter daripada paham ekstrimisme.

Istilah ekstremisme sering kali kita kaitkan dengan pandangan politik dan agama. Sering kali paham atau ideologi ini melampaui batas kebiasaan dalam membela atau menuntut sesuatu.

Editor: (Ay)