LPM GRAFFITY

Media Pers Mahasiswa IAIN Palopo

Di Balik Tugas dan Ujian Mahasiswa

Penulis: Nilam Aulia (Crew Reporter LPM Graffity)

OPINI – Dunia akademik tidak pernah lepas dari tugas dan ujian yang menjadi bagian integral dari proses pendidikan. Bagi mahasiswa, tekanan akademik ini sering kali menjadi tantangan besar yang dapat mempengaruhi kesejahteraan mental dan emosional mereka.

Saat tugas-tugas kuliah menggunung, ketenangan pikiran menjadi hal yang sulit diraih. Stres akademis dapat membawa dampak yang signifikan pada kesehatan mental, memicu kecemasan, kelelahan, dan bahkan depresi. Namun, melalui pemahaman akan langkah-langkah proaktif dan praktik kesehatan mental, para mahasiswa dapat mengatasi tantangan ini dengan lebih baik. Dari manajemen waktu yang efektif hingga praktik relaksasi dan dukungan sosial, ada berbagai strategi yang dapat membantu menjaga keseimbangan dan kesehatan mental para mahasiswa di tengah tekanan akademis yang tinggi.

Mahasiswa seringkali harus menyelesaikan berbagai tugas yang menumpuk di mata kuliah dan persiapan ujian dalam waktu yang singkat. Tekanan untuk mendapatkan nilai tinggi dan mempertahankan prestasi akademik dapat menyebabkan stres yang signifikan.

Selain itu, biaya kuliah yang tinggi sering kali tidak sebanding dengan pendapatan orang tua, menambah beban pikiran mahasiswa tentang bagaimana mereka dapat melanjutkan studi tanpa mengorbankan kebutuhan dasar.

Mahasiswa yang tinggal jauh dari keluarga dan teman-teman lama juga sering kali merasa kesepian dan terisolasi. Kurangnya dukungan sosial dapat memperburuk masalah kesehatan mental mereka.

Oleh karena itu, menyeimbangkan akademik dengan aktivitas non-akademik, seperti organisasi atau pekerjaan paruh waktu, adalah tantangan besar. Banyak mahasiswa yang merasa kewalahan dengan tuntutan yang saling bertentangan ini.

Tantangan-tantangan tersebut dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti stres, kecemasan, depresi, dan gangguan tidur. Mahasiswa yang mengalami hal ini cenderung memiliki prestasi akademik yang menurun, hubungan sosial yang terganggu, dan kualitas hidup yang menurun.

Menghadapi tantangan kesehatan mental sebagai mahasiswa tanpa mengorbankan kualitas studi dan keberlanjutan kesejahteraan pribadi memerlukan pendekatan yang seimbang.

Solusi untuk mengatasi tantangan yaitu rencanakan aktivitas harian dan mingguan, termasuk waktu untuk belajar, istirahat, dan kegiatan sosial. Hindari menumpuk tugas-tugas pada saat mendekati tenggat waktu. Mahasiswa perlu belajar mengelola keuangan, mulai dari belanja kebutuhan harian hingga perencanaan keuangan bulanan, untuk mengurangi tekanan finansial.

Mahasiswa perlu memperluas pergaulan positif dan bergabung dalam kegiatan dalam maupun luar kampus yang dapat mendukung kesejahteraan mental mereka.

Batasi waktu yang dihabiskan di media sosial dan ponsel. Aktifkan notifikasi prioritas untuk menghindari gangguan yang tidak perlu.

Menjaga kesehatan mental dan fisik adalah kunci untuk menghadapi tekanan akademik. Berolahraga secara teratur, makan dengan baik, tidur cukup, dan melakukan kegiatan relaksasi seperti meditasi dapat membantu menjaga keseimbangan.

Harun Nihaya,S.Pd., M.Pd seorang Dosen Kesehatan Mental sekaligus Sekretaris Prodi Bimbingan Konseling Islam, menyampaikan bahwa pemberian informasi dan edukasi tentang tanda-tanda masalah kesehatan mental perlu dilakukan oleh semua stakeholder kampus.

“Idealnya, pemberian informasi dan edukasi tentang tanda-tanda masalah kesehatan mental dilakukan oleh semua stakeholder: Penasehat Akademik, dosen, pimpinan prodi, dan lembaga kemahasiswaan, sehingga informasi yang didapat bisa komprehensif,” ujarnya.

Widiawatu Bayu S.Psi yang merupakan seorang ahli dalam kesehatan mental menyarankan agar mahasiswa mengelola waktu mereka dengan baik agar dapat menghindari beban tugas yang berlebihan.

“Mahasiswa sebaiknya membuat jadwal yang terstruktur untuk menyelesaikan tugas kuliah mereka, dan juga mengambil waktu untuk beristirahat dan bersosialisasi,” ujarnya.

“Dengan cara ini, mereka dapat menghindari stres yang berlebihan dan menjaga kesehatan mental mereka.” Selain itu, Widiawati juga menekankan pentingnya mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan manajemen stres.

“Mahasiswa dapat belajar teknik-teknik relaksasi, seperti meditasi dan pernapasan dalam, untuk mengatasi stres,” katanya.

“Mereka juga dapat meminta bantuan dari konselor atau psikolog jika merasa kesulitan mengatasi stres dan masalah kesehatan mental lainnya.

Intan Silvania, seorang mahasiswi Bimbingan Konseling Islam, berbagi pengalamannya, “Mendapat banyak tugas yang menumpuk dan ujian yang kejar deadline membuat saya jadi pusing dan kewalahan sekali. Jadi, saya mulai mencari bahan untuk tugas dan seringkali jika saya capek, saya scroll media sosial, dengar musik, dan bahkan ngobrol dengan orang random. Setelah rasa capeknya hilang, saya lanjut kerja tugas,” ungkapnya.

Feby Asbar, seorang mahasiswi Komunikasi Penyiaran Islam, mengatakan, “Membagi waktu antara jualan dan kuliah kadang membuat saya kewalahan. Karena harus masuk kelas tapi orderan lagi banyak, saya utamakan kampus dahulu karena tujuan awal itu kuliah. Kalau rezekinya insya Allah ada. Lakukan dulu yang paling penting, seperti tugas dan ujian yang deadline, fokus ke situ terlebih dahulu. Setelah beres, lanjut jualan lagi. Keduanya memang penting jadi harus diimbangi.”

Tugas dan ujian memang menjadi bagian dari kehidupan akademik yang tidak bisa dihindari. Namun, dengan pendekatan yang tepat, mahasiswa dapat mengatasi tantangan ini dan mencapai kesejahteraan mental serta kesuksesan akademik. Manajemen waktu, dukungan sosial, dan menjaga kesehatan mental serta fisik adalah kunci untuk menghadapi tekanan akademik dengan lebih baik. Dengan adanya berbagai solusi dan strategi yang dapat diterapkan, mahasiswa dapat mengubah tantangan menjadi peluang untuk berkembang dan mencapai potensi penuh mereka.

 

Tim Redaksi 

Editor: Crew LPM Graffity 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini