Awali Pengabdian, KKN Nusantara V Kelompok 18 Lakukan Sowan dan Observasi Potensi di Padukuhan Tirip.
lpmgraffity.com-(Yogyakarta, 09 Juli 2025) Padukuhan Tirip merupakan salah satu dusun yang terletak di wilayah administratif Desa Banjarasri, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Meskipun hingga kini belum terdapat data yang jelas terkait luas wilayahnya, secara struktural Padukuhan Tirip terdiri atas 2 Rukun Warga (RW), yaitu RW 21 dan RW 22, serta mencakup 4 Rukun Tetangga (RT), yaitu RT 41, RT 42, RT 43, dan RT 44, dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) di dusun ini mencapai 67 KK.
Mayoritas penduduk Padukuhan Tirip memeluk agama Katolik, sehingga kehidupan sosial dan spiritual masyarakat sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai agama yang kuat. Suasana pedesaan yang tenang, semangat gotong royong yang masih terjaga, tingginya rasa toleransi, serta keterbukaan warga terhadap kegiatan pengabdian menjadikan Padukuhan Tirip sebagai lokasi strategis untuk pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN).
Mayoritas penduduk Padukuhan Tirip berprofesi sebagai petani dengan fokus utama yaitu pengolahan lahan sawah dan perkebunan. Sebagian besar warga tergolong lanjut usia (lansia), dalam keseharian mereka terlibat sebagai buruh tani, baik di lahan milik sendiri maupun menggarap lahan milik warga lain. Hal ini mencerminkan karakter ekonomi agraris sangat mendominasi Masyarakat Padukuhan Tirip.
Padukuhan Tirip juga dikenal memiliki kearifan lokal yang terwujud industri rumahan tradisional, seperti: pembuatan tempe tradisional, mulai dari proses pengolahan kedelai hingga pengemasan menggunakan daun pisang, kerajinan tangan berupa anyaman tikar dari daun pandan kering yang masih dilestarikan oleh sebagian warga. Selain sektor pertanian, warga Padukuhan Tirip juga mengembangkan usaha produktif berbasis rumah tangga, seperti: Usaha Kecil Mikro dan Kecil (UKMK), Industri pengolahan kayu, termasuk meubel dan produksi arang kayu. Tak hanya itu, peternakan juga menjadi bagian dari kekayaan lokal dengan pemeliharaan ayam, menthok (itik), babi dan kambing.
Padukuhan Tirip juga memiliki sumber air alami yang berperan penting bagi warga untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari. Hampir seluruh konsumsi air warga berasal dari berbagai mata air pegunungan yang dikelola secara mandiri. Salah satu penyimpanan air terbesar berada di bawah rumah Kepala Dusun, dengan sumber air dari aliran sungai terdekat. Terdapat satu mata air aktif yang tersebar di banyak lokasi, didistribusikan ke masyarakat secara kolektif dengan mengandalkan gaya gravitasi bumi, biasanya satu mata air digunakan oleh sekitar 9 KK.
Adapun, untuk area yang tidak dapat dijangkau oleh distribusi air secara gravitasi, warga telah mengembangkan metode untuk menaikkan air untuk didistribusikan ke rumah warga, dengan memakai mesin pompa, dengan catatan untuk yang menggunakan pompa air dikenakan biaya sebesar Rp.5.000 perbulan, sistem ini secara fungsi mirip dengan sistem PDAM.
Menariknya, dusun ini tidak memiliki sumur gali untuk kebutuhan air, karena semua kebutuhan bisa dipenuhi dari mata air dan tidak pernah mengalami kekeringan, bahkan selama musim kemarau yang panjang. Adapun, sumber air yang dipakai berasal dari kali Pancoran yang terletak di RT 42, sebelah Utara Tirip dan kali Bladeran terletak di sebelah Timur Tirip, RT 43.
Penulis: Sitti Aisyah
Editor: Mas’un
Tinggalkan Balasan