AGAMA: Keteladanan Nabi Muhammad Spirit Kehidupan

0
Dok, Penulis: Mustofa, S.Pd.I., M.Pd.I

lpmgraffity.com – Nabi Muhammad saw. bukanlah manusia super yang memiliki keajaiban seperti nabi-nabi terdahulu. Beliau tidak seperti Nabi Yusuf dengan parasnya yang mampu mengalihkan pandangan perempuan sehingga mereka tanpa sadar mengiris jemarinya dengan pisau.

Beliau tidak memilik tongkat ajaib yang mampu membelah Laut Merah seperti Nabi Musa. Bukan pula anak raja yang memiliki kekayaan melimpah dan istana megah seperti Nabi Sulaiman. Nabi Muhammad tidak bisa membangkitkan orang mati seperti kemampuan Nabi Isa.

Nabi Muhammad adalah seorang yang bersahaja. Makan dan minum seperti manusia pada umumnya. Tidur beralaskan pelepah kurma. Mengganjal perutnya dengan batu ketika lapar. Pergi berperang dan pernah kalah.

Beliau merupakan anak yatim piatu. Lahir pada hari biasa, bukan pada hari besar.

Bahkan bulan kelahirannya bukan bulan yang disucikan orang Arab.
Dengan segala kesederhanaannya, lalu apa yang menjadi keistimewaan pada dirinya dan pantas diteladani perjalanan kehidupannya?

Jawabannya ada tiga, pertama akhlak, kedua akhlak dan ketiga akhlak. Begitu Nadirsyah Hosen memberikan tanggapan dengan tiga jawaban yang sama. Nabi Muhammad saw. sendiri terang-terangan menyampaikan alasan dibalik diutusnya ke dunia.

“Dan kami tidak mengutusmu kecuali sebagai rahmat seluruh alam”.

Beliau diutus bukan hanya untuk segelintir orang saja. Bukan untuk orang-orang Arab. Bukan pula untuk masyarakat Makkah saja. Diutusnya tidak juga untuk kaum kafir Quraish secara khusus. Lebih daripada itu, Nabi Muhammad saw. menjadi rahmat untuk semua kalangan.

Sejatinya kedatangan beliau menjadi teladan kasih sayang bagi semua kalangan. Tanpa sekat agama. Tanpa batas kemanusiaan.

Rahmat Nabi saw. harus dipahami secara aplikatif. Dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Baik itu di rumah maupun di tempat kerja.

Seorang mahasiswa, pegawai dan dosen berpegang teguh dengan nilai budaya kampus dan kearifan lokal, adele, lempu, ininnawa, getteng dan acca.

Kampus sebagai tempat masyarakat intelektual tidak menebar kebencian dan berita bohong, baik itu di media cetak maupun online.

Berinteraksi dengan harmonis di dunia nyata dan dunia maya. Menghargai kebaragaman dan perbedaan. Tidak memaksa orang lain mengikuti kelompoknya.

Tidak menekan orang lain agar sepaham dan tidak juga menafsirkan tanpa dasar ilmu. Sebab, hal ini sema bukan sifat rahmat yang diajarkan Nabi.
Menurut Amru Khalid, hadis dan ayat di atas perlu dipikirkan dan direnungi.

Apa keterkaitan antara diutusnya Nabi saw. sebagai rahmat dengan akhlak. Jawaban tegasnya adalah “Tidak ada rahmat dalam diri jika tidak ada akhlak.

Tidak ada rahmat di rumah, tempat kerja dan lingkungan jika akhlak sudah disepelekan. Tidak ada rahmat pada sebuah negara jika akhlak masyarakat dan pemimpinnya sudah rusak.

Puncaknya, tidak akan ada rahmat bagi seluruh alam jika akhlak tidak dijadikan misi kehidupan”.

Misi Nabi Muhammad saw. melintasi wilayah, melampaui waktu dan melewati berbagai generasi. Tidak salah kemudian Muhammad Iqbal berkata, “Muhammad saw. adalah mukaddimah bagi alam semesta. ”.

Fisik kita tidak bersama dengan Nabi saw. tetapi spirit beliau masih terasa. Kita bisa merasakan keindahan akhlak Rasulullah saw. Seakan-akan beliau ada di depan kita semua.

Kita bisa merasakan Nabi ketika berjalan keluar kota Madinah, seorang budak kecil perempuan menggapai tangaanya. Beliau lalu menggandeng tangan mungil itu keluar kota membeli sesuatu lalu kembali dengan tangan masih bersama anak kecil itu.

Kita bisa merasakan para sahabat menggali parit sebagai strategi perang melawan koalisi Arab Quraish dengan Yahudi. Pada saat itu pecah Perang Khandaq tahun ke 5 H. Ketika sahabat menggali parit dan memecahkan batu, di mana Rasulullah? Di dalam kedalaman tiga meter, beliau ikut mengangkat galian. Tubuh Nabi saw. berbalut keringat penuh dengan debu.

Kita bisa merasakan ketika Nabi saw. bersama sepuluh ribu sahabatnya memasuki kota Makkah pada 10 Ramadhan tahun 8 H.

Pada peristiwa Fathul Makkah, penduduk yang pernah memaki dan mencaci, menyakiti dan melempari, membunuh sahabat dan mengusir dari tanah kelahirannya, beliau tidak membalas perbuatan itu semua. Nabi saw. justru memasuki Makkah dengan pandangan menunduk sebagai bentuk penghormatan dan ketawaduan.

Kita bisa meresakan Nabi memerintahkan menyembelih seekor kambing untuk disantap bersama. “Saya yang menyembelihnya”, kata seorang sahabat. “Saya yang mengulitinya”, kata sahabat lain. “Saya yang memasaknya” sahut yang lain tidak mau ketinggalan.

Apa yang dikatakan Nabi saw, “Saya akan mengumpulkan kayu bakar”.
Inilah yang ditanamkan Nabi saw dalam risalahnya. Akhlak, budi pekerti yang baik. Nabi saw. bersabda:

“Orang mukmin yang paling sempurna imamnya adalah orang yang paling baik akhlaknya”.

Berdasarkan dari sabda beliau, seorang hamba yang paling berat timbangannya, seorang muslim yang paling baik Islamnya, seorang mukmin yang paling sempurna imamnya adalah orang yang berakhlak baik.

Semoga setiap generasi pada masanya bisa menjadikan keteladan Nabi saw. sebagai spirit kehidupan. Pada akhirnya kita semua berharap menjadi umat yang berbahagia sebagaimana cita-cita beliau.

Nabi pernah bersabda, “Berbahagialah orang yang melihatku dan beriman kepadaku”. Beliau mengucapkan perkataan ini sekali.

Selain itu Nabi saw. juga bersabda, “Berbahagialah orang yang beriman kepadaku padahal tidak pernah melihatku”. Perkataan ini diucapkan oleh beliau sebanyak tujuh kali.