LPM GRAFFITY

Media Pers Mahasiswa IAIN Palopo

CERPEN: PLUVIOPHOBIA

Penulis: Dina Angraeni, Mahasiswi Semester I, Prodi BKI, IAIN Palopo

lpmgraffity.com – “ketakutan akan hujan yang dapat menyebabkan cemas dan panik, serta gejala ekstrem bagi beberapa pengidapnya”

Tanpa memperdulikan pakaian nya yang basah terkena hujan, seorang gadis berlari melewati tengah lapangan, beberapa pasang mata bahkan memandang nya dengan aneh, pasalnya gadis bodoh mana yang berlari di tengah lapangan di saat hujan deras seperti ini.

Andai mereka dapat melihat jelas raut wajah khawatir bercampur panik di wajah gadis itu, gadis itu bahkan tanpa pikir panjang menerobos hujan di tengah lapangan ketimbang memilih lewat koridor karna ini jalan tercepat menuju perpustakaan kampus, mulutnya tak pernah berhenti bergumam tentang kenapa cuaca menjadi tiba tiba hujan.

Setibanya di depan pintu perpustakaan dia segera masuk, namun kali ini dia hanya berjalan cepat karna dia akan terkena masalah jika membuat keributan di perpustakaan, menaiki tangga menuju lantai dua, Allura mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan berjalan melewati jajaran rak rak buku, pada sekat rak kedua dari belakang dia menemukan orang yang membuat nya menjadi sepanik ini.

Dia dengan terburu buru mengeluarkan earphone dari tas nya dan menyambungkan nya dengan ponsel nya, setelah menyetel lagu dia langsung memasangkan earphone itu ke telinga laki laki yang sedang menelungkupkan kepala nya di lipatan tangan nya, jelas terlihat bahwa badan laki laki itu tremor.

Merasakan ada sesuatu yang menyentuhnya laki laki tadi mengangkat kepala nya terlihat jelas bulir keringat yang membanjiri wajah nya.

“ara..” mendengar suara Lakes yang bergetar, Allura menepuk nepuk pundak Lakes menenangkan.
“its okay, gue ada disini.” Allura memberikan senyum yang menenangkan, dia juga menyeka keringat yang terus keluar di wajah Lakes bahkan baju nya sudah basah.

“ramalan cuaca ny hari ini harusnya ga hujan.” Lakes seolah mengadu padanya. Allura memperbaiki letak earphone di telinga Lakes agar suara hujan deras di luar dapat teredam dengan suara musik di telinganya, jika orang lain yang melihat kondisi Lakes saat ini pasti akan berkomentar jahat dengan mengatakan alay, lebay, atau masa laki takut hujan , dan segala macam cacian tidak bermutu lain nya, padahal mereka tidak mengetahui alasan dibalik mengapa Lakes begitu membenci hujan.

“gakpapa yah, lo gak sendiri, gue udah terbang dari Auditorium ke sini loh.”

Allura memeluk tubuh bergetar Lukas, membiarkan Lakes kembali menangis di bahu nya, Allura juga dengan cepat menghapus jejak air mata nya yang jatuh.

Bukan karena lakes adalah laki laki cengeng, dia hanya seorang laki laki yang memiliki luka yang waktu sekalipun tak dapat menyembuhkan nya.

Allura kembali mengingat masa dimana laki laki dihadapan nya yang sewaktu kecil sering bermain hujan dengan nya dan justru kini menjadi bergetar ketakutan walaupun hanya mendengar suara hujan.

Flashback
Langit lakeswara dan Allura anahera sedari kecil telah bersahabat dan juga rumah mereka yang bersebelahan membuat mereka selalu menghabiskan waktu bersama, tak terkecuali bermain hujan di halaman belakang rumah Allura.

Hari ini sedang turun hujan, Lakes dan Allura sedang berlarian di halaman belakang rumah Allura sebenarnya halaman belakang rumah keduanya terhubung tanpa sekat.

“ehh kalian berdua udah main ujan nya udah mau malam.” Aarav kakak laki laki Allura berteriak dari teras belakang rumah, memanggil kedua bocah berumur 12 tahun itu untuk segera masuk kedalam rumah.

“yahhh sebentar lagii kak.” Allura protes dia masih ingin bermain hujan, tapi tangan nya di tarik Lakes untuk segera masuk ke dalam rumah.

Dengan wajah cemberut Allura menerima handuk yang diberikan kakak nya dan mengosokkan di kepala nya, begitu juga dengan Lakes yang sama menerima handuk dari Aarav.

“Mau makan malam disini kes?” Aarav bertanya ke Lakes.
“enggak kak, mama sendiri di rumah” Aarav mengganguk mendengar jawaban Lakes.
“pulang dulu kak.” Lakes melempar handuknya ke arah Allura kemudian berlari ke arah rumahnya melarikan diri sebelum mendengar Allura yang sudah siap menghajarnya.

Lakes masuk ke dalam rumahnya dia melihat mamanya sedang berada di dapur dan tengah berbicara dengan seseorang di telfon namun raut wajahnya terlihat sedih.

“Mama kenapa?” mendengar suara Lakes, mamanya sedikit terkejut dia kemudian membalikkan badan nya ke arah Lakes setelah sebelumnya langsung mematikan ponsel nya dan menyimpan nya di kantung baju nya.

“oh kamu udah pulang? , mama gak kenapa kenapa. Udah sana mandi dulu biar gak sakit habis itu kita makan malam.” Mama Lakes mendorong tubuh lakes untuk segera ke kamar mandi, lakes yang bingung dengan sikap mama nya hanya bisa menurut untuk segera pergi ke kamar mandi.

Saat makan malam lakes memperhatikan mama nya sedari tadi hanya diam dan melamunkan entah apa.

“Mama bulan ini papa pulangkan.” Mamanya yang hendak menyuapkan makanan ke mulutnya sendiri langsung terhenti bahkan jika diperhatikan pegangan nya pada sendok di tangannya menguat.

“mama papa pulangkan? , papa udah janji ulang tahun ku bakal pulang.” Tak kunjung mendapat respon dari mama nya lakes kembali bertanya, butuh beberapa saat hingga mama nya hanya memberikan gestur mengangguk mengiyakan, hal itu membuat Lakes senang.

Pasalnya sudah hampir 2 tahun ia tidak bertemu dengan sang papa dikarenakan Tugas sang papa yang seorang TNI dan kerap kali ditugaskan dalam misi perdamaian di luar negri, selama ini dia dan papanya hanya dapat berkomunikasi melalui layar ponsel itupun akhir akhir semakin jarang.

“mama duluan ke kamar yah kepala mama pusing. Kamu juga kalau sudah selesai jangan begadang.” Mama nya mengelus rambutnya kemudian meninggalkan nya untuk ke kamar.

Hari hari berikutnya Lakes justru semakin sering mendapati mamanya yang sering bersedih saat dia menerima telepon entah dari siapa, namun akan selalu langsung berpura pura baik saja saat dia datang menanyakan ada apa.

Hari ini adalah hari ulang tahun Lakes yang ke 13 tahun, namun dia tidak dapat menyembunyikan gurat kekecewaan nya bahkan saat tadi pagi pagi buta Allura datang kerumahnya dan membuat kerusuhan mengucapkan selamat ulang tahun untuknya dan dia hanya bereaksi seperlunya, dia kecewa pasalnya Papa nya berbohong dan mengingkari janji nya tentang dia yang akan pulang di hari ulang tahunnya namun sedari semalam hingga siang hari ini dia menunggu namun tak kunjung ada tanda tanda tentang kepulangan papa nya.

Saat tengah berdiam diri di ruang keluarga, tiba tiba dia mendengar suara tangis mama nya, dia pun segera menghampiri mama nya dan melihat nya tengah terduduk dengan wajah yang bersembunyi di antara lipatan tangan dan lututnya dan sebelah tangan nya yang memegang ponsel.

“Mamaa..” dengan ragu Lakes berjongkok agar sejajar dengan Mamanya dia menyentuh pundak mamanya. Merasakan ada yang menyentuhnya mamanya mengangkat kepala jejak air mata yang masih turun tak dapat disembunyikan lagi.

Raut wajah Lakes panik bercampur khawatir dia segera menghapus jejak air mata di wajah mama nya.

“mama kenapa?” bukannya menjawab pertanyaan Lakes, mamanya justru memeluk nya menyandarkan keningnya di bahu putra nya, Lakes merasakan bahunya basah.

“badan mama panas, mama sakit?, istirahat di kamar yah mah?” karena mama nya tak kunjung menjawab nya, Lakes berinisiatif langsung merangkul mama nya ke kamar dan untung saja mamanya menurut.

“papa kamu hari ini pulang, kepala mama sakit mama mau istirahat dulu yah. Kamu tungguin papa kamu.” Setelah mengatakan itu, mama lakes masuk ke dalam kamar menutup pintu bahkan menguncinya, Lakes yang saat itu masih seorang anak anak hanya bisa kembali duduk diam di ruang keluarga di temani dengan berbagai rasa bingung dan tanyanya tentang kedua orang tua nya.
Dari pukul 1 siang hingga jam 6, Lakes terkadang memandangi pintu kamar mamanya berharap sang mama akan keluar dan menemaninya menunggu kepulangan papanya yang sampai sekarang pun tak kunjung datang, namun demi menghibur dirinya sendiri dia selalu mengatakan papa pulang sebentar lagi.

Pukul 7 hujan mulai turun dengan deras, ada sedikit rasa takut yang dirasakan Lakes, menekan rasa sedihnya Lakes menyiapkan makan malam seadanya yang bisa dia buat yaitu hanya dua mangkuk mie instan untuk dia dan mamanya kemudian dia juga menyiapkan kue ulang tahun yang diberikan ibu Allura tadi pagi di atas meja.

Setelah selesai dia naik ke lantai dua menuju kamar mamanya dan mengetuk pintu.

“Mama ayo makan malam.” Beberapa kali ia mengetuk pintu namun tak ada juga balasan dari mamanya, berpikiran positif mungkin mamanya masih tidur karna sakit kepala.

Dia kembali turun kelantai satu dia menatap meja makan dan nafsu makannya menghilang sehingga dia hanya membiarkan mie di mangkuk itu dingin dan membengkak kemudia berlalu menuju ruang keluarga. Dengan sengaja dia membesarkan volume tv agar dia tidak merasa sendiri.

Pukul setengah sembilan hujan semakin deras dan kini ditemani dengan guntur yang saling bersahut, Lakes dengan terpaksa mencabut colokan tv dan kini dia merasa takut karna sunyi dan sendirian kini menyatu di malam hujan ini.

“pembohong.” Lakes tak dapat menahan kekesalan nya lagi bahkan air matanya keluar menatap foto papanya di dinding.
“harusnya jangan janji janji” lirih Lakes, ia kemudian mengusap air mata nya dengan kasar.

CTARRRR…
Bunyi guntur yang sangat keras membuat Lakes terlonjak kaget, dia segera menuju kamar sang mama dan mengetuk nya berkali kali.

“Mama buka…” Tangis Lakes semakin menjadi nafasnya menjadi sesunggukan.

“Mama papa gak pulang mama, mama Lakes takut.” Semakin keras Lakes memohon untuk agar mamanya membuka pintu kamarnya semakin keras juga suara sahutan guntur di luar sana, seakan ingin menemani kesepian Lakes.

“ Mamaaaa buka di luar guntur Lakes takut sendiri.” Suara Lakes melirih, suara nya serak sedari tadi memanggil manggil nama mamanya namun tak kunjung mendapat balasan, air mata tak kunjung berhenti.

Lakes menempelkan sebelah wajah nya di lantai agar dapat melihat kedalam kamar melalui celah di bawah pintu dan yang dia lihat hanya genangan air dan beberapa botol yang mengeluarkan aroma menyengat.

Takut terjadi sesuatu, Lakes mencoba mendobrak pintu kamar namun usahanya sia sia tenaga nya tidak ada apa apanya.

“mama, mama kenapa mah, MAMA ”Lakes frustasi dan menarik rambutnya sendiri dia menendang pintu kamar itu berkali kali namun tak kunjung terbuka, sekujur tubuhnya bergetar khawatir, marah dan takut bercampur menjadi takut.

Tak ada cara lain Lakes segera berlari ke arah rumah Allura dan berharap semoga saja mereka belum tidur karna mengingat jam yang sudah menunjukkan pukul 10 malam.

Sementara itu di rumah Allura semuanya tengah berkumpul di ruang keluarga,melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 10 Dimas sebagai kepala keluarga hendak meminta Allura dan Aarav untuk segera tidur, namun dikejutkan dengan suara ketukan pintu.

“siapa yang bertamu malam malam begini sedang hujan pula.” Dimas berjalan ke arah pintu dan terkejut saat membuka pintu dan melihat Lakes dalam keadaan basah terkena hujan dan badan nya yang sedikit bergetar.

“siapa yah?” Silla mama dari Allura menghampiri suaminya penasaran.
“loh Lakes kamu kenapa nak?” Dimas bertanya Khawatir.

“ Mama yah, tolong.” Lakes terisak dan menarik tangan Dimas untuk ke rumahnya, awalnya Dimas merasa bingung namun melihat raut wajah panik dan khawatir Lakes Dimas langsung mengikuti langkah kaki lakes yang berlari ke rumahnya, begitupun dengan silla.

Sementara itu Allura dan Aarav yang melihat kedua orang tua nya keluar dari rumah menjadi penasaran dan melihat ternyata mereka mengikuti Lakes yang berlari ke dalam rumahnya, sehingga mereka semua akhirnya ke rumah Lakes.

“dobrak pintunya yah, aku takut mama kenapa kenapa, dari tadi mama aku panggil gak nyaut nyaut.” Lakes memohon kepada Dimas.

Dimas mulai mencoba mendobrak pintu di hadapannya ini, buth beberapa kali percobaan hingga

Brakkk…

Pintu terbuka di percobaan keempat saat Dimas menendang pintu itu, dan betapa terkejut nya mereka melihat Mama lakes yang tak sadarkan diri di atas tempat tidur dengan mulut penuh busa dan kondisi kamar yang sangat kacau, botol minuman keras berserakan dan juga ada tumpahan pil obat di sisi tempat tidur.

“MAMA…”lakes segera berlari menuju mama nya menepuk nepuk pipi mamanya memaksanya untuk membuka mata. Dimas segera menelfon ambulance sementara silla Allura dan Aarav mencoba menenangkan Lakes yang menangis meminta mamanya untuk membuka mata.

“Mama bangun, mama..” suara Lakes melirih mengenggam tangan ibunya yang terasa dingin.

“mama lily…” Allura tak bisa menahan air matanya melihat kondisi dari ibu sahabatnya. Aarav memeriksa denyut nadi mama Lakes dan denyut nadinya sangat sangat lemah.

Silla sangat sedih melihat Lakes, di hari ulang tahunnya anak itu harus menghadapi ini, ditambah dengan tidak adanya papanya yang mendampinginya.

8 menit kemudian ambulance datang dan segera membawa Mama lakes ke rumah sakit, lakes dan silla naik ke dalam ambulance sementara Dimas Allura dan Aarav mengikuti menggunakan mobil dibelakang.

Sesampainya dirumah sakit, Lily segera di bawa ke ruangan ICU sementara mereka semua menunggu dengan cemas.

Allura terus mengenggam tangan Lakes yang mendingin dan nafas yang terasa berat matanya benar benar sembab, Dimas menghampiri Lakes kemudian berjongkok dihadapan Lakes.

“Lakes bisa cerita mama kenapa?” Dimas bertanya dengan pelan kepada anak dihadapannya ini.

“mama.. mama tadi nangis terus katanya mama pusing dia mau tidur dari jam 1 siang, terus mama suruh tunggu .. papa.. pulang tapi papa ga pulang… harusnya tadi aku gak bolehin mama masuk ke.. dalam kamar..”

Dengan susah payah Lakes menjelaskan dadanya terasa sangat sakit, isakan tak pernah reda. Kejadian yang dialami mamanya membuatnya merasakan ini adalah kesalahannya.

Dimas yang melihat itu langsung memeluk Lakes, mental anak dihadapannya ini di ambang kehancuran jika mamanya tidak dapat diselamatkan hari ini maka Lakes akan menyalahkan dirinya seumur hidupnya.

“Lakes ini bukan salah kamu nak.” Dimas mengeratkan pelukan nya kepada Lakes.
“papa.. papa.. andai papa pulang pasti mama mau keluar dari kamar. Papa bohong sama lakes.”

Lakes seperti menyuarakan apa yang membuat hatinya sangat sakit hari ini, tiba tiba dia merasa ingin muntah dia segera melepas pelukan Ayah Allura dan berlari mencari kamar mandi, Dimas mengikuti nya karna takut terjadi apa apa.

Setelah mengeluarkan seluruh isi perutnya namun mengingat dia hanya makan sedikit dipagi hari membuat Lakes sangat lemas. Dengan perlahan dia keluar dari kamar mandi dengan wajah pucat dia berjalan kembali ke arah ruangan mamanya.

Tanpa sengaja dia melewati ruangan yang pintunya terbuka dan sepertinya baru selesai melakukan persalinan, pada saat di depan pintunya Lakes tanpa sengaja menolehkan pandangan nya ke dalam kamar tersebut dan betapa terkejutnya dia melihat siapa yang berada di dalam kamar tersebut dengan senyum bahagia mengendong seorang bayi yang sepertinya baru lahir.

Dimas yang melihat Lakes mematung memandang kedalam kamar di sebelahnya segera menghampiri lakes, dan keterkejutannya pun sama dengan Lakes.

“papa..” Lakes bergumam lirih, sementara pria yang masih memakai seragam TNI itu merasa ada yang memerhatikan dan memanggil nya dia mengalihkan pandangan nya kearah pintu dan mematung melihat putranya dengan keadaan yang tidak baik baik saja.

Dia segera meletakkan bayi digendongan nya kedalam box bayi dan segera menghampiri Lakes, namun Lakes langsung mundur beberapa langkah.

Saat hampir saja Papanya menyentuh tangan lakes tiba tiba Ayah Allura langsung datang menonjok pipi papa Lakes sekuat tenaga hingga papa lakes tersungkur ke bawah.

Ayah Allura segera menarik tangan Lakes untuk pergi dari sana karna jika dia masih tetap disitu mungkin mereka akan membuat kegaduhan di dalam rumah sakit.

Sesampainya kembali di depan ICU bertepatan dengan keluarnya dokter yang menangani Lily, Dimas segera menghampiri dokter tersebut.

“bagaimana dok?.” Dimas bertanya dengan cemas begitupun semua yang menunggu.
“Maafkan kami, pasien seharusnya ditangani lebih cepat .Dia mengonsumsi obat tidur dengan dosis yang sangat banyak dan ditambah dengan Alkohol, ini mengakibatkan keracunan dan mengakibatkan mati nya sel sel otak, maafkan kami.” Dokter itu menjelaskan dengan raut yang menyesal.

Isak tangis pun pecah namun Lakes hanya membisu kini perasaan nya mencampur menjadi satu, dia menolehkan kepala nya kearah samping dan mendapati papanya berdiri di sana, mematung tidak percaya sepertinya dia mendengar apa yang dikatakan dokter tadi.

“kalau anda masih manusia jangan mendekat satu langkah pun.” Semua orang terkejut mendengar perkataan Lakes, bahkan kini dia tidak memanggil papa nya sendiri dengan sebutan papa.

Alif papa Lakes yang hendak mendekati putra nya terhenti mendengar ucapan dingin dari putra nya.

Lakes masuk kedalam ruangan tempat mamanya, memandang ranjang rumah sakit dimana mamanya terbaring dengan kain putih yang menutupi seluruh tubuhnya.

Lakes membuka kain putih itu dan meraih tangan dingin mamanya, kemudian menempelkan punggung lengan itu ke pipinya.

“mama belum ucapin selamat ulang tahun.” Pandangan Lakes kosong saat mengatakan itu, namun air matanya jatuh tapi tanpa adanya emosi.
“papa pulang mama bener papa pulang, tapi bukan mau ketemu Lakes …tapi ketemu bayi yang Lakes gak tahu mah” lirihan lakes seperti mengadu kepada mamanya.
“papa jahat yah mah..” silla dan dimas yang mendegar ucapan Lakes merasa sangat sakit, bagaimana bisa di hari ulang tahun nya lakes mengalami ini semua dalam satu malam, dia baru saja berusia 13 tahun namun mengapa keadaan memaksanya menjadi sedewasa ini untuk mengalami yang tidak seharusnya.

Keesokan nya setelah prosesi pemakaman Lily mama lakes, keluarga Allura menemani Lakes untuk kerumahnya.

Dimas sangat khawatir karna sedari semalam Lakes hanya diam, bersamaan dengan sampainya mereka di depan pintu masuk rumah, hujan turun.

Mendengar suara hujan Lakes menjadi menangis dan memberontak tak terkendali yang membuat semua orang terkejut.

“AAARGGHHHH” Lakes melempar foto foto papanya yang terpajang di ruang tamu dan ruang keluarga, bahkan dia mendorong saat Aarav dan Dimas mencoba menenangkannya.

Foto foto itu menjadi hancur, kemudian pandangan Lakes tertuju kepada figura besar di ruang keluarga itu adalah foto keluarga dia papa dan mamanya. Dia mengangkat kursi dan sekuat tenaganya melempar kursi itu ke arah Foto besar seharga puluhan juta itu sehingga hancur dengan pecahan kacanya yang berserakan

“PEMBOHONGG!!” PRANGGG….

Matanya memerah emosi, dia bahkan tak dapat mengendalikan dirinya sendiri kecewa, sedih, marah yang terpendam sejak kemarin kini meluap, dia kini membenci suara hujan.

Dimas dan Aarav masih mencoba menenangkan Lakes, tiba tiba dari arah pintu utama Alif Papa Lakes datang dengan kondisi basah terkena hujan, penampilannya juga kacau.

Lakes yang dalam kondisi tak terkendali, menatap Papanya dengan tatapan penuh amarah. Hampir saja dia langsung berlari ke arah papanya dan akan memukul nya jika saja Dimas dan Aarav tidak menahan tubuhnya.

“KENAPA BARU PULANG HAH?!”
“PEMBOHONG, PAPA JANJI PULANG MAU KETEMU LAKES, TAPI TERNYATA PAPA PULANG BUAT ANAK BARU PAPA!!” Lakes berteriak marah, sakit di dadanya tentang kejadian yang harus diterima nya dalam satu waktu menguncang mentalnya.

“JAHAT, PAPA JAHAT.” Lakes terisak, tenaga nya terkuras habis. Lebih tepatnya batin dan mental nya yang lelah. Sehingga tubuhnya ambruk dan dengan sigap Aarav menahan tubuhnya.

Setelah Lakes di bawa kedalam kamar, Dimas menemui Alif.
“Tugas kamu ngelindungin negara Alif, tapi kenapa kamu ngehancurin keluarga kamu sendiri?”
“kenapa harus kemarin? Atau lebih tepatnya kenapa kamu harus sejahat itu sama keluarga kamu sendiri?” Dimas berusaha menekan amarah nya.
“aku tau perempuan itu olivia kan? Dia itu seharusnya masa lalu kamu Alif kenapa kamu buat itu ngehancurin masa depan k keluarga kamu.!”
“kamu tau, sedepresi apa Lily saat tau kamu kembali dengan olivia? Kamu ngehancurin mental anak kamu sendiri. DIMANA OTAK KAMU SAAT MEMILIH KEMBALI KE OLIVIA BAHKAN SAMPAI PUNYA ANAK?!!”.
“kalau kamu tidak mau mendengar berita Lakes mengakhiri hidupnya sendiri, jangan pernah muncul lagi dihadapannya, karna kesalahan kamu sendiri Lakes sekarang di ambang batasnya.”

BRAKK…

Dimas membanting pintu utama tepat dihadapan Alif yang tidak dapat berkata apa apa lagi, hanya penyesalan yang akan menghantui nya seumur hidupnya atas apa yang dia lakukan.

Flashback off

Allura mengenggam erat tangan Lakes, langit di luar sudah tak hujan lagi. Kini mereka hanya duduk dalam diam sembari menunggu keadaan Lakes kembali membaik.

Sebenarnya Allura mengerti Lakes tak perlu ditenangkan dengan kata kata yang bertujuan hanya sekedar menghibur, dia hanya perlu tindakan yang membuktikan dia tidak sendiri, luka yang bahkan waktu tak dapat menyembuhkan membuat Lakes selalu berakhir di ambang batas.

Perasaan cemas, panik, dan gelisah selalu dialami Lakes saat hujan turun, hal itu disebabkan karna kejadian hari itu bersamaan dengan turunnya hujan dan membuatnya selalu terbayang.

“Lakes gue ngak ngizinin lo nyerah.” Lirih Allura yang hanya dia sendiri yang hanya dapat mendengar nya.

Editor : (Ay)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini