Mahasiswa, Masihkah Menjadi Agen Perubahan atau Sekadar Penonton?
lmpgraffity.com-Mahasiswa sejak dahulu dikenal sebagai agen perubahan. Mereka menjadi garda terdepan dalam menyuarakan aspirasi rakyat, turun ke jalan memperjuangkan keadilan, dan menciptakan gelombang perubahan besar bagi bangsa. Sejarah mencatat bahwa banyak peristiwa penting yang mengubah arah negeri ini berawal dari kampus, ruang-ruang diskusi, hingga aksi nyata di lapangan.
Namun, kini di tengah krisis moral, sosial, dan ekonomi yang kembali melanda, suara mahasiswa seolah semakin sunyi. Pertanyaannya, apakah mahasiswa masih menjalankan perannya sebagai agen perubahan, ataukah telah berubah menjadi penonton yang hanya diam menyaksikan keadaan?
Di era digital seperti sekarang, banyak mahasiswa yang justru lebih aktif di media sosial daripada di kehidupan nyata. Mereka sibuk membuat konten, mengejar popularitas, dan larut dalam budaya instan yang menekankan citra daripada substansi. Padahal, kampus menyediakan ruang yang luas untuk tumbuh dan berkembang, salah satunya melalui organisasi kemahasiswaan.
Sayangnya, tidak sedikit mahasiswa yang memandang organisasi hanya sebagai formalitas, sekadar menambah daftar prestasi atau bahkan sebagai ajang bergaya. Padahal, organisasi kampus merupakan wadah yang ideal untuk membentuk karakter kepemimpinan, melatih pola pikir kritis, menumbuhkan kemampuan kerja sama, serta meningkatkan kepekaan sosial. Lewat organisasi, mahasiswa dapat bersentuhan langsung dengan realitas sosial di sekitarnya, bukan hanya berkutat pada tugas akademik yang bersifat individual.
Memang, masih ada mahasiswa yang aktif dan sungguh-sungguh ingin membawa perubahan. Namun jumlah mereka belum sebanding dengan potensi besar yang dimiliki generasi kampus saat ini. Banyak ruang organisasi yang kini kosong dan kekurangan peminat. Apakah kita rela melihat kampus hanya menjadi tempat mencetak sarjana tanpa melahirkan pemimpin masa depan?
Sudah saatnya mahasiswa bangkit dan menjadikan organisasi kampus sebagai sarana perjuangan, bukan sekadar pelengkap aktivitas perkuliahan. Karena jika mahasiswa hanya menjadi penonton, lalu siapa lagi yang akan menjaga nyala semangat perubahan itu?
Penulis: Ashar
Editor: Mas’un (Pimpred)

Tinggalkan Balasan